Sabtu, 15 September 2012

Strategi Reframing


1.      Pengertian Reframing
            Menurut Cormier (1985:417) “Reframing (sometimes also called reliabeling) is an approach that modifies or structures a client’s perceptions or view of a problem or a behaviour”. Yang menerangkan bahwa reframing (yang disebut juga dengan pelabelan ulang) yaitu suatu pendekatan yang mengubah atau menyusun kembali persepsi konseli atau cara pandang terhadap masalah atau tingkah laku.
            Menurut Bandler, Grinder dan Andreas (dalam Geldrad dan Geldard 2011:165) reframing adalah pengubahan kerangka pandang pada konseli. Ketrampilan ini dikembangkan dari pemrogaman neuro-linguistikpada tahun 1989. Secara khusus ketrampilan ini berfungsi untuk membantu konseli-konseli yang terperangkap oleh pandangan yang sempit dan negatif tentang dunia mereka. Dengan menggunakan pengubahan kerangka pandang atau reframing, konselor akan dapat membantu mereka beralih pada pandangan yang lebih luas dan positif, dan hasilnya akan ada perubahan terhadap cara berfikir mereka tentang kondisi mereka.
            Sedangkan menurut Wiwoho (2011:41) reframing adalah upaya untuk membingkai ulang sebuah kejadian dengan mengubah sudut pandang tanpa merubah kejadian itu sendiri. Darminto (2007:182) mengungkapkan bahwa teknik refarming digunakan untuk membantu konseli membentuk atau mengembangkan pikiran lain yang berbeda tentang dirinya.
            Pengubahan kerangka pandang atau refarming memberi konseli gambaran yang lebih besar tentang dunia mereka dan dapat membantu memandang situasi mereka dengan cara yang berbeda dan lebih konstruktif. Pengubahan kerangka pandang harus dilakukan secara sensitif dan hati-hati, kerangka-kerangka pandang baru harus ditawarkan dengan cara yang dapat membuat konseli merasa nyaman untuk memilih apakah akan menerima kerangka pandang tersebut atau menolaknya. Bandler, Grinder dan Andreas (dalam Geldrad dan Geldard 2011:223)
            Menurut Watzlawick, (dalam Weakland an Fisch, 1974) “describe the gentle art reframing thus : to reframe, then means to change the conceptual and / or emotional setting or viewpoint in relation to which a situation is experienced and to place it in another frame which fits the “facts” of the same concrete situation equally well or even better, and thereby changing its entire meaning”. Yang mendeskripsikan bahwa seni yang lembut dari reframing adalah membingkai ulang berarti mengubah konsepsi dan / atau cara pandang dalam hubungannya terhadap situasi yang sudah pernah dialami dan meletakkanya dibingkai lain yang sesuai dengan fakta-fakta dari situasi konkret yang sama baik atau yang lebih baik dan dengan demikian mengubah artinya secara keseluruhan.
            Berdasarakan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa refarming adalah suatu pendekatan yang mengubah atau menyusun kembali persepsi atau cara pandang konseli terhadap masalah atau tingkah laku dan untuk membantu konseli membentuk atau mengembangkan pikiran lain yang berbeda tentang dirinya.

           
2.  Macam-macam Reframing
Cornier (1985:418) menyebutkan ada dua strategi reframing antara lain :
a. Meaning Reframes                  
Metode yang paling umum adalah Meaning reframes, yaitu sebuah metode untuk membingkai ulang arti dari situasi masalah atau tingkah laku.
b. Context Reframes
Context Reframes adalah suatu metode yang membantu konseli untuk mengembangkan dan memutuskan kapan, dimana, dengan tingkah laku masalah diberikan secara berguna dan tepat. dalam penelitian ini yang digunakan adalah meaning reframes, karena hanya membingkai ulang arti dari situasi masalah atau tingkah laku.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa macam – macam reframing adalah meliputi meaning reframing yang membingkai ulang arti dari situasi masalah atau tingkah laku dan context reframing yang membuat rencana spesifik mengenai tingkah laku yang akan diberikan secara tepat.

3.  Tahapan Strategi Reframing
            Cornier (1985 : 418) menyebutkan ada enam tahapan strategi  Reframing antara lain :
a.       Rasional
Rasioanal yang digunakan dalam strategi reframing bertujuan untuk menyakinkan konseli bahwa persepsi atau retribusi masalah dapat menyebabkan tekanan emosi. Tujuannya adalah agar konseli mengetahui alasan atau gambaran singkat mengenai strategi reframing dan untuk menyakinkan konseli bahwa cara pandang terhadap suatu masalah dapat menyebabkan tekanan emosi.

b.      Identifikasi persepsi dan perasaan konseli dalam situasi masalah
            Dalam tahap ini, konselor membantu konseli untuk mengidentifikasi persepsi atau pikiran-pikiran yang muncul dalam situasi yang menimbulkan kecemasan berbicara di depan umum. Selain itu juga bertujuan untuk membantu konseli menjadi waspada pada apa yang mereka hadapi dalam situasi masalah, karena konseli sering tidak memperhatikan detail-detail yang mereka hadapi dan informasi tentang situasi yang mereka pikirkan.

c.       Menguraikan peran dari fitur-fitur persepsi terpilih
Setelah konseli menyadari kehadiran otomatis mereka. Mereka diminta untuk memerankan situasi dan sengaja menghadapi fitur-fitur terpilih yang telah mereka proses secara otomatis. Tujuannya adalah agar konseli dapat mengenali pikiran-pikiran dalam situasi yang mengandung tekanan atau situasi yang menimbulkan kecemasan, yang dirasakan mengganggu diri konseli dan mengganti pikiran-pikiran tersebut agar tidak menimbulkan kecemasan.
d.      Identifikasi persepsi alternatif
Pada tahap ini konselor dapat membantu konseli mengubah fokus perhatiannya dengan menyeleksi fitur-fitur lain dari masalah yang dihadapi. Tujuannya adalah agar konseli mampu menyeleksi gambaran-gambaran lain dari perilaku yang dihadapi.
e.       Modifikasi dan persepsi dalam situasi masalah
Konselor dapat membimbing konseli dengan mengarahkan konseli pada titik perhatian lain dari situasi masalah. Tujuannya adalah agar konseli dapat menciptakan respon dan pengamatan baru yang didesain untuk memecahkan perumusan model lama dan meletakkan draf untuk perumusan baru yang lebih efektif. Beralih dari pikiran-pikiran konseli dalam situasi yang mengandung tekanan atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dirasakan mengganggu konseli ke pikiran yang tidak menimbulkan kecemasan.
f.       Pekerjaan rumah dan penyelesaiannya
Konselor dapat menyarankan yang diikuti konseli selama situasi ini format yang sama dengan yang digunakan dalam terapi. Konseli diinstruksi menjadi lebih waspada akan fitur-fitur terkode yang penting atau situasi profokatif dan penuh tekanan, untuk menggabungkan perasaan yang tidak nyaman, untuk melakukan uraian peranan atau kegiatan praktik dan mencoba membuat pergantian perceptual selama situasi-situasi ini ke fitur-fitur lain dari situasi yang dulu diabaikan. Tujuannya adalah agar konseli mengetahui perkembangan dan kemajuan selama strategi ini berlangsung serta bisa menggunakan pikiran-pikiran dalam situasi yang tidak mengandung tekanan dalam situasi masalah yang nyata.
        
         Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan strategi reframing adalah meliputi: 1) rasional yang memperkenalkan strategi reframing kepada konseli dan menjelaskan maksud dari penggunaannya, 2) identifikasi persepsi dan perasaan konseli dalam situasi masalah yang membantu konseli untuk mengidentifikasi persepsi atau pikiran-pikiran yang muncul dalam situasi yang menimbulkan kecemasan, 3) menguraikan peran dari fitur-fitur persepsi terpilih yang mengharapkan konseli dapat memerankan kondisi kecemasan yang telah diidentifikasi pada tahap dua, 4) identifikasi persepsi alternatif yang meminta konseli untuk memilih persepsi alternatif atau sudut pandang baru sebagai pengganti dari persepsi sebelumnya yang dilakukan pada tahap dua dan tiga, 5) modifikasi dan persepsi dalam situasi masalah yang meminta konseli untuk berlatih dalam mengalihkan persepsi lama (yang menimbulkan situasi tekanan dan kecemasan) ke persepsi baru (yang lebih nyaman dan tidak menimbulkan kecemasan), 6) pekerjaan rumah dan tindak lanjut yang mengharuskan konseli untuk berlatih dalam melakukan pengubahan secara cepat dari persepsi lama ke persepsi atau sudut pandang yang baru dan menerapkannya dalam kondisi yang nyata atau sebenarnya.

4. Kegunaan Strategi Reframing

         Cormier (1985: 417, 418) menyebutkan kegunaan strategi reframing antara lain :
a.       Dalam terapi keluarga, reframing digunakan sebagai suatu cara untuk mengubah cara keluarga dalam pengkodean sebuah masalah atau konflik.
b.      Bagi konseli secara individu, reframing memiliki sejumlah kegunaan antara lain :
1)      Dengan mengubah atau menata pengkodean dan perasaan konseli, dapat mengurangi pembelaan dan mobilisasi sumber-sumber konseli dan dorongan untuk berubah.
2)      Dapat mengalihkan fokus dari atribusi tingkah laku yang terlalu dipermudah dan ingin dibuat konseli (aku malas atau aku tidak tegas)
3)      Dapat menjadi strategi yang berguna dalam menangani konseli yang keras kepala.
            Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa strategi reframing memiliki kegunaan untuk terapi keluarga dan konseli secara individu, bagi terapi keluarga berguna untuk mempersepsi permasalahan dengan cara atau sudut pandang lain yang lebih tepat dan bagi konseli secara individu berguna untuk mengubah cara konseli dalam memandang suatu masalah serta dapat membangkitkan diri dari persepsi negatif yang tidak membangun.

5. Fokus dan tujuan Strategi Reframing
            Menurut Cormier (1985:417), focus dari strategi reframing terletak pada alasan yang salah dan keyakinan serta kesimpulan yang tidak logis. Tujuannya adalah untuk membedakan keyakinan irasional atau pernyataan diri negatif.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa fokus dari strategi reframing adalah keyakinan atau persepsi yang salah dan tidak logis dalam memandang diri sendiri dan suatu masalah. Sedangkan tujuannya adalah untuk dapat membedakan dan mengenali antara keyakinan irasional dengan keyakinan rasional atau pernyataan diri positif.

Senin, 07 Mei 2012

Teori Albert Bandura


Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahun 1980.

Layanan Konsultasi


Kedudukan Layanan Konsultasi Dalam Bimbingan dan Konseling Pola 17 Plus
            Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) memperoleh pembendaharaan instilah baru yaitu BK Pola 17. Hal ini member warna tersendiri bagi arah bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung BK di jajaran pendidikan dasar dan menengah. Pada abad ke-21, BK Pola 17 itu berkembang menjadi BK Pola 17 Plus. Kegiatan BK ini mengacu pada sasaran pelayanan yang lebih luas, diantaranya mencakup semua peserta didik dan warga masyarakat.
            Layanan konsultasi merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola 17 Plus. Layanan konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan hasil pengembangan dari Pola BK 17 Plus. Dengan adanya pengembangan layanan ini, maka layanan konsultasi dan layanan mediasi secara otomatis menjadi bidang tugas konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling, khususnya pelayanan BK di sekolah.

Carl Gustav Jung

Carl Gustav Jung lahir di Kesswyl, suatu kota dikawasan Lake Constace di Canton Thurgau, Swiss, pada tanggal 26 Juli 1875 dan besar di Basel. Ayahnya adalah seorang pendeta pada Gereja Reformasi Swiss. Jung masuk Universitas Basel dengan tujuan untuk menjadi seorang ahli bahasa-bahasa kuno dan jika mungkin menjadi seorang arkeolog, tetapi suatu mimpi telah membangkitkan minatnya dalam studi ilmu-ilmu alamdan secara kebetulan dalam ilmu kedokteran. Setelah ia mendapat gelar kedokteran dari Universitas Basel ia menjadi asisten pada Rumah Sakit Jiwa di Burgholzli, Zurich, dan Klinik Psikiatri Zurich dan mulailah keriernya dalam psikiatri.
Dalam tahun 1909 ia melepaskan pekerjaannya di Burgholzli dan pada tahun 1913 ia melepaskan jabatan lektor dalam psikiatri pada Universitas Zurich supaya dapat mencurahkan seluruh waktunya untuk praktik privat, memberikan latihan, penelitian, bepergian dan menulis. Selama bertahun-tahun ia mengadakan seminar dalam bahasa inggris untuk mahasiswa-mahasiswa yang berbahasa inggris, dan tak lama ia berhenti dari kegiatan mengajar, sebuah lembaga pendidikan untuk menghormat namanya didirikan di Zurich.

Seminar Nasional Bimbingan Konseling

Undangan Terbuka
SEMINAR NASIONAL
“PERSPEKTIF KONSELING DALAM BINGKAI BUDAYA”
Kudus, 19 Mei 2012
Diselenggarakan oleh:
Universitas Muria Kudus

Selasa, 01 Mei 2012

Teori Rogers

Terdapat sejumlah konsep-konsep dasar dalam literature psikologi yang selama bertahun-tahun mendukung teori self. Diantara begitu banyak teori self, kita dapat menemukan konsep-konsep yang dikemukakan oleh Snygg and Combs, Sarbin, Mead, dan Koffka.namun tidak ada diantara mereka yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan teori self sebagaimana yang dilakukan oleh Carl Rogers. Hampir memiliki kasus yang sama dengan Freud gagasan yang dikemukan oleh Carl Rogers memiliki pengaruh besar dalam bidang konseling. Meskipun pada waktu yang bersamaan juga telah memunculkan berbagai kontroversi. Pada bukunya Counseling and Psychotherapy tahun 1942. Rogers terlihat mempunyai keinginan yang demikian kuat untuk membangun individu dengan harapan setiap orang akan dapat terbebas dari rasa cemas sehingga dapat hidup nyaman ditengah masyarakat.

Konseling Ego

Konseling ego dipopulerkan oleh Erikson. Konseling ego memiliki ciri khas yang lebih menekankan pada fungsi ego. Kegiatan konseling yang dilakukan pada umumnya bertujuan untuk memperkuat ego strength, yang berarti melatih kekuatan ego klien. Seringkali orang yang bermasalah adalah orang yang memiliki ego yang lemah. Misalnya, orang yang rendah diri, dan tidak bisa mengambil keputusan secara tepat dikarenakan ia tidak mampu memfungsikan egonya secara penuh, baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, meraih keinginannya. Perbedaan ego menurut Freud dengan ego menurut Erikson adalah: menurut Freud ego tumbuh dari id, sedangkan menurut Erikson ego tumbuh sendiri yang menjadi kepribadian seseorang.
Erik Erikson adalah seorang psikolog perkembangan Denmark-Jerman-Amerika dan psikoanalis terkenal karena teorinya tentang pembangunan sosial manusia. Dia mungkin paling terkenal untuk coining krisis identitas frase. Anaknya, Kai T. Erikson, adalah seorang sosiolog Amerika. Erik Erikson lahir di Frankfurt dari orang tua Denmark, Identitas Erik Erikson dalam psikologi dapat ditelusuri ke masa kecilnya. Ia dilahirkan 15 Juni 1902 sebagai hasil dari hubungan di luar nikah ibunya dan keadaan kelahirannya yang tersembunyi dari dia di masa kecilnya. Ibunya, Karla Abrahamsen, berasal dari keluarga Yahudi terkemuka di Kopenhagen, Henrietta ibunya meninggal ketika Karla hanya 13 tahun. ayah Abrahamsen's, Josef, seorang pedagang barang kering. Saudar Karla : Einar, Nicolai, dan Axel aktif dalam amal Yahudi lokal dan membantu menjaga dapur umum gratis bagi imigran Yahudi miskin dari Rusia.

Sabtu, 28 April 2012

Alat Ungkap Masalah (AUM) UMUM

 AUM Umum adalah sebuah instrumen standar yang dikembangkan oleh Prayitno, dkk. yang dapat digunakan dalam rangka memahami dan memperkirakan masalah-masalah yang dihadapi klien. Alat Ungkap Masalah ini didesain untuk mengungkap sepuluh bidang masalah yang mungkin dihadapi klien.
AUM UMUM merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah siswa, mahasiswa, dan masyarakat secara menyeluruh mengungkapkan masalah-masalah umum[1].Alat Ungkap Masalah ini didesain untuk mengungkap sepuluh bidang masalah yang mungkin dihadapi klien. Kesepuluh bidang masalah tersebut adalah:

Sejarah Lahirnya Alat Ungkap Masalah (AUM)

Lebih kurang tiga puluh tahun terakhir ini, instrumen yang dipakai untuk mengungkapkan masalah belajar, khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan Bimbingan dan Konseling, di Indonesia pada umumnya adalah terjemahan atau adaptasi dari Survey of Study Habits and Attitutes (SSHA) yang dikembangkan oleh William F. Brown dan Wayne H. Holtzman sejak tahun 1953. Ada tiga bentuk (format) SSHA yaitu bentuk SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Dengan 75 buah item masing-masing, SSHA memuat masalah belajar yang dikelompokkan ke dalam tiga bidang yaitu: (a) metode belajar (b) motivasi belajar, dan (c) sikap-sikap tertentu terhadap kegiatan sekolah atau kampus.
Pada tahun 1965, SSHA disadur dan divalidasikan (di Bandung, oleh Prayitno) guna kepentingan pengungkapan masalah belajar siswa atau mahasiswa. Pada tahun 1982, alat ini dikembangkan lagi (di Padang oleh Marjohan) dengan menyadur dan memvalidasikan SSHA versi baru. Alat terakhir yang merupakan SSHA versi baru itu berisi 100 buah item tentang sikap dan kebiasaan belajar yang memuat 4 bidang masalah belajar, yakni: (a) penyelesaian terhadap tugas-tugas, (b) cara belajar (c) sikap terhadap guru (d) persepsi terhadap pendidikan pada umumnya. Alat dengan bentuk yang terakhir itu lebih dikenal dengan nama Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar (disingkat PSKB).

Selasa, 17 April 2012

Konseling Lintas Budaya

Oleh: Boy Soedarmadji

A. Pengantar
Sesuai dengan kodrat yang dimiliki oleh manusia bahwa manusia diciptakan sebagai individu dan mahkluk sosial. Sebagai individu, manusia diciptakan dengan mempunyai ciri yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, manusia atau individu dapat dikenali oleh orang lain dengan mengenal ciri ciri tertentu yang dimilikinya.
Sebagai mahkluk sosial, manusia merupakan bagian da¬ri masyarakat di sekitarnya. Bagian lingkungan terkecil yang mempengaruhi pola kehidupan manusia adalah keluarga (family). Setelah itu, individu tersebut mulai melakukan interaksi dengan lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat sekitarnya. Hal ini mengartikan bahwa seluruh tingkah laku manusia tidak akan lepas dari kehidupan masyarakat yang ada di sekelilingnya. Hal ini meng¬artikan pula bahwa individu tersebut hidup bersama dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.

Dalam keadaan hidup bersama ini masyarakat menciptakan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Sesuatu yang diciptakan itu bisa berupa benda¬-benda (artifak), peraturan dan nilai nilai yang dipakai secara kolektif. Dengan mempergunakan kematangan dirinya, maka masyarakat tersebut menciptakan suatu ben¬tuk budaya tertentu. Spesifikasi budaya yang dimiliki oleh masyarakat tertentu akan berbeda dengan budaya yang dimiliki oleh masyarakat lainnya (Herr, 1999). Dengan demikian, budaya akan dapat dipakai sebagai salah satu cara untuk mengenal masyarakat tertentu (Goldenweiser, 1963; Vontress, 2002).

Jumat, 13 April 2012

Fungsi BK

Adapun fungsi konseling adalah sebagai berikut:
  • Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
  • Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya. 
  • Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
  • Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
  • Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

Rabu, 11 April 2012

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966:3) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan).

Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sementara, Winkel (2005:27) mendefenisikan bimbingan: (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri, (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya, (3) sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup, (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.

Selasa, 03 April 2012

Sejarah Lahirnya Bimbingan dan Konseling


Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia
diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.